Jakarta - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memaparkan data lulusan STEM di berbagai negara di dunia. Berdasarkan data tersebut, lulusan STEM dari Indonesia masih lebih rendah dibanding negara-negara lain, terutama negara tetangga.
"Presentasi lulusan STEM dibandingkan dengan negara lain terutama dengan Malaysia, negara-negara tetangga kita, Singapura, bahkan India. Kita masih jauh lebih rendah dibanding negara tetangga kita," papar Amalia Adininggar Widyasanti selaku Deputi Bidang Ekonomi Bappenas pada Seminar Beasiswa LPDP di Hotel Aryaduta Jalan Prajuri KKO Usma dan Harun, Gambir, Jakarta, Kamis (27/7/2023).
STEM merupakan bidang studi yang mencakup Science (Sains), Technologi (Teknologi), Engineering (Engineering), dan Mathematic (Matematika). Data tersebut menunjukkan hanya 18,47 % mahasiswa yang lulus dari Bidang STEM. Jumlah ini berbeda dengan Malaysia yang mencapai 37,19%, Singapura dengan 34,30%, dan India dengan 31,41%.
Pada kesempatan yang sama, Amalia juga memaparkan data negara terbanyak yang mengirimkan pelajar keluar negeri. Dalam daftar tersebut, Cina menduduki posisi pertama yang mengirimkan 694 ribu pelajar. Disusul dengan India dengan jumlah 189 ribu mahasiswa.
"Padahal Indonesia adalah negara terbesar di dunia, tapi kita tidak termasuk 10 besar negara yang mengirimkan pelajar keluar negeri," ungkapnya.
Menurutnya, pelajar Indonesia bisa belajar lebih banyak dengan belajar di luar negeri.
"Oleh sebab itu untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, pendidikan menjadi kunci penting membangun kualitas sumber daya manusia yang berkualitas," tegasnya.
Persentase Dokter di Indonesia Juga Rendah
Di samping pendidikan, Amalia menilai bidang Kesehatan juga menjadi penting dalam kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Namun Amalia menuturkan renddahnya presentase jumlah dokter di Indonesia. Dari 2.000 dokter, hanya ada 0,47% dokter atau hanya ada 1 dokter saja.
"Padahal yang ideal dari 1.000 dokter ada 2 dokter," jelasnya.
Ia menyoroti kasus stunting di Indonesia. Stunting merupakan kondisi kurangnya gizi kronis yang menyebabkan terhambatnya tumbuh kembang anak.
"Stunting di Indonesia angka stuntingnya 21%. Artinya 1 orang bayi lahir dari 5 bayi itu berpotensi jadi stunting," ujarnya.
"Itu akan mempengaruhi kualitas SDM," sambungnya.
Ia menargetkan, pada tahun 2045 Indonesia harus bisa menekan angka stunting menjadi di bawah 5%. Sebab, 5 persen merupakan batas stunting di negara-negara maju.
sumber : https://www.detik.com/edu/perguruan-tinggi/d-6844093/bappenas-jumlah-lulusan-stem-indonesia-jauh-lebih-rendah-dibanding-negara-lain